BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ikan
Cupang (Betta sp.) adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa
negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand,Malaysia, dan Vietnam.
Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam
mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi
atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar. Di
Indonesia terdapat cupang asli,salah satunya adalah Betta channoides yang ditemukan
di Pampang, Kalimantan Timur. Ikan cupang adalah salah satu ikan yang kuat
bertahan hidup dalam waktu lama sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di
wadah dengan volume air sedikit dan tanpa adanya alat sirkulasi udara
(aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup. Ikan cupang meliputi 3 jenis
yaitu cupang hias , cupang adu dan cupang liar. Cupang his merupakan jenis
cupang yang keindahannya terletak pada bentuk ekornya saat mengembang. Walaupun
termasuk ikan yang sangat agresif dan cenderung mempertahankan daerah
teroterialnya, tetapi keindahannya cupang hias bisa dinikmati tanpa harus
menyiksa dan membuatnya bertarung, seperti yang harus dilakukan terhadap ikan
cupang jenis adu.
Budidaya ikan ini
sangat menjanjikan baik
sebagai mata pencaharian
utama atau sambilan, sehingga
dapat mengatasi pengangguran
dan menciptakan peluang
kerja baru. Contoh
analisa usaha, satu ekor
induk dapat menghasilkan
200 – 300
ekor anakan. Untuk
anakan pertama dari
induk betina biasanya 80%
menghasilkan anakan jantan. Dalam waktu 2,5 bulan biasanya untuk harga borongan
Rp 1000 – Rp 2000 per ekor jantan. Bagaimana kalau mempunyai lima ekor indukan?
Belum lagi dari ikan hias kontes yang memiliki harga sampai ratusan ribu per
ekor.
Budidaya ikan ini
sangat sederhana dan
gampang-gampang susah. Secara
garis besar, kita harus mengetahui media budidaya,
pemilihan induk, proses pemijahan, perawatan benih, pembesaran, hama penyakit
dan pemasaran.
1.2
Tujuan Usaha
1.
Meningkatkan
produksi ikan cupang
2.
Membuka peluang
usaha baru
3.
Mencari
keuntungan/ income
1.3
Tempat Usaha
1.4
Manfaat
Dengan dibentuknya usaha budidaya ikan Arwana ini
diharapkan dapat member manfaat bagi pelaku usaha khususnya dan masayarakat
sekitar umumnya, adapun manfaat yang akan dirasakan diantaranya :
1.
Dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
2.
Dapat memberikan
keuntungan atau pendapatan
3.
Dapat
terpenuhinya produktifitas ikan cupang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Biologi
2.1.1
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies: Betta Sp.
Nama binomial
B. persephone
B. picta -
Cupang bintik
B. pugnax -
Cupang penang
B. splendens -
Cupang petarung
2.1.2
Morfologi
2.1.3
Daur Hidup
2.2
Teknik Pemeliharaan
2.2.1
Sarana dan Peralatan
1. Media budidaya
Wadah ikan cupang yang baik yaitu bak
semen atau akuarium yang ukurannya tak perlu besar yakni cukup 1 x 2 m atau
akuarium 100 x 40 x 50 cm, masih wadah perkawinannya lebih kecil dari wadah
pembesaran, yang dapat dipakai diantaranya : baskom, akuarium kecil atau ember
bisa dipakai buat memijahkan ikan.Sarana Penunjang
2. Pompa Air
Pompa air digunakan mengalirkan air
dari sumber ke kolam pembenihan melalui pipa pralon yang menghubungannya. Pompa
air juga dapat digunakan untuk menyedot air tanah. Pompa yang digunakan
sebaiknya memiliki pipa berdiameter 4 inci dengan kapasitas 140 liter air per
menit. Pompa air juga dibutuhkan untuk menciptakan gelembung-gelembung air
sehingga kandungan oksigen di dalam air kolam pembenihan bertambah. Pompa air
ini akan memperlancar sirkulasi dan aerasi.
3. Blower
Blower digunakan untuk menambah
jumlah oksigen sekaligus mengeluarkan gas-gas tak berguna yang dapat
membahayakan ikan. Penambahan oksigen penting dilakukan karena jika hanya
mengandalkan ketersediaan oksigen yang ada di dalam air tidaklah cukup.
Kekurangan oksigen dapat membuat ikan stres bahkan dapat memnyebabkan kematian.
4. Termometer dan Heater
Termometer digunakan untuk mengukur
suhu air. Alat ini hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu, terutama pada
waktu pengontrolan suhu air. Heater digunakan untuk menstabilkan suhu, terutama
digunakan pada saat larva atau benih berada di dalam akuarium.
5. Kertas pH
Kertas pH atau pH tester digunakan
untuk mengetahui tingkat atau derajat keasaman air. Alat tersebut digunakan
hanya dalam waktu-waktu tertentu, yaitu pada saat pengecekan pH air.
6. Tabung Oksigen
Tabung oksigen digunakan untuk
penyediaan oksigen pada saat pengemasan benih yang akan dipasarkan. Sebaiknya
tabung oksigen segera diisi ulang setiap kali habis digunakan.
2.2.2
Proses Pemeliharaan
Pada budi daya Ikan cupang, tahap pemijahan ikan jenis ini
memiliki cara yang berbeda dengan proses pemijahan ikan air tawar lainnya
karena ikan cupang memiliki sifat yang suka bertarung terhadap sesama ikan
cupang, antara sesama jantan atau antara induk jantan dengan induk betina. Oleh
karena itu, diperlukan adanya strategi yang tepat agar induk betina tidak
mengalami cidera yang serius dalam proses pemijahan.
Pemijahan dilakukan dilakukan di kolam pemijahan, dapat
menggunakan akuarium sedang atau ember kecil. Strategi dalam pemijahan ikan
cupang adalah masukan ikan jantan ke dalam kolam pemijahan (akuarium sedang
atau ember kecil), kemudian secara terpuisah masukkan betina ke dalam botol
bekas selai atau toples kecil. Setelah kedua induk tersebut ditempatkan
terpisah, kemudian masukkan botol selai yang bersi induk betina ke dalam kolam
pemijahan yang berisis induk jantan. Tempatkan botol selai yang berisi induk
betina tersebut dengan posisi tengah-tengah kolam pemijahan yang berisi induk
jantan dan biarkan selama 2 hari. Hal tersebut dimaksudkan agar induk jantan
saling mengenal dengan induk betina yang berada di dalam botol selai tersebut
dan ketika dicampurkan, induk jantan sudah tidak agresif menyerang induk
betina.
Setelah 2 hari dan induk jantan telah membuat busa di sudut
kolam, barulah induk betina dimasukkan ke dalam kolam pemijahan yang berisi
induk jantan tersebut. Tutup kolam pemijahan dan tunggu hingga 2-3 hari.
Sebaiknya setiap hari selalu dilihat apakah busa yang dibuat induk jantan
tersebut sudah berisi telur atau belum. Untuk dapat melihat dengan jelas apakah
busa sudah berisi telur atau belum, dapat diterawang menggunakan lampu senter.
Busa tersebut berupa butiran kecil berwarna putih kekuning-kuningan.
Jika sudah tampak telur cupang maka segera pindahkan induk
betina ke dalam kolam pematangan gonad karena jika tidak maka induk betina akan
memakan telurnya dan induk betina pun akan terus dihajar oleh induk jantan.
Setelah itu, biarkan induk jantan yang mengurusi telur tersebut hingga menetas.
Telur akan menetas 2-3 hari setelah telur dibuahi. Setelah menetas, barulah
induk jantan dipindahkan ke kolam pematangan gonad dan benih cupang dipindahkan
ke dalam kolam pembesaran. Pada umur 1,5 sebaiknya benih cupang ditempatkan di
kolam pematangan gonad karena pada umur tersebut ikan cupang sudah mulai
agresif untuk saling bertarung.
2.2.3
Pengolahan Pakan
Pemberian
pakan dilakukan 1-2 hari sekali pada sore hari berupa kodok sawah atau udang.
Metode yang digunakan untuk pemberian pakan induk merupakan gabungan dari
metode retricted (jumlah pakan 1,25% dari bobot tubuh ikan) dan ad
satiation (pemberian pakan sekenyangnya ikan). Jumlah pakan yang diberikan
harus tepat dengan kebutuhan ikan karena pemberian pakan yang berlebih akan
membuat kualitas air menurun akibat pencemaran bahan organic dan sisa pakan
yang akan menjadi racun bagi ikan dan menjadi tempat berkembangbiaknya
penyakit. Kekurangan jumlah pakan yang diberikan akan menyebabkan proses
reproduksi terganggu atau terhenti bahkan telur yang sedang berkembang dapat
diserap kembali oleh induk sebagai pengganti sumber energi.
2.2.4
Pengelolaan Kualitas Air
agar
cupang tidak terserang penyakit.Untuk menjaga kualitas air biasanya para
penangkar ikan cupang menggunakan daun
ketapang. Selain untuk menstabilkan pH air, daun ketapang dapat juga mengobati
ikan cupang adu yang terserang penyakit jamur.
2.2.5
Proses Panen
Panen dilakukan dengan menjaring semua ikan dalam kolam oleh
minimal 6 orang. Ikan yang telah dijaring kemudian dipilih oleh kepala tambak
untuk menemukan ikan yang sedang mengerami telur. Setelah ikan yang mengeram
ditemukan maka telur dikeluarkan dari mulut induk oleh kepala tambak dengan
cara memutar-mutarkan ikan agar ikan tersebut tenang, kemudian mulut ikan
dibuka dengan sekali hentakan agar larva keluar dari mulut induk. Ikan Arwana dewasa
merupakan ikan yang agresif, yaitu bila merasa terganggu akan meloncat
kepermukaan. Jika sampai loncatan induk Arwana tersebut mengenai tubuh akan
BAB III
ANALISA USAHA
3.1
Biaya Investasi
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga Satuan
(Rp)
|
Total
(RP)
|
1.
|
Pembuatan
aquarium 1 M3
|
1
|
200.000
|
200.000
|
2.
|
Kolam
20x20x25 cm
|
5
|
100.000
|
500.000
|
2.
|
Peralatan
dan Perlengkapan
|
1 set
|
1.000.000
|
1.000.000
|
3.
|
Botol
air mineral bekas
|
1000 buah
|
100
|
100.000
|
3.
|
Lain-lain
|
|
|
1.000.000
|
Jumlah
|
2.800.000
|
3.2
Biaya Operasional
No
|
Uraian
|
Volume
|
Harga Satuan
(Rp)
|
Total
(RP)
|
1.
|
Indukan
|
10
|
100.000
|
500.000
|
2.
|
Pakan
|
100 kg
|
3.000
|
300.000
|
3.
|
Upah
pekerja
|
2 orang
|
1.000.000
|
2.000.000
|
4.
|
Lain-lain
|
|
|
500.000
|
Jumlah
|
3.300.000
|
3.3
Sumber Modal
Sumber modal berasal
dari pemberi modal (investor) dengan pembagian keuntungan 60 : 40, dimana 60%
Keuntungan diberikan kepada investor dan 40 % untuk pelaku budidaya
3.4
Analisa Laba Rugi
SR = 90 %
1 tahun = 3 siklus
Harga jual = 3.000/ ekor
5 indukan cupang = 1000
anakan/siklus (3.000/tahun)
Pendapatan = (3.000 x 90%) x 3.000
= 8.100.000
keuntungan = Pendapatan - Biaya total operasional
= Rp. 8.100.000,- - Rp. 3.300.000,-
= Rp. 4.800.000,
3.4.1
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Analisi B/C ratio dapat
digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Bila nilai
B/C yang diperoleh sama dengan 1 (satu), berarti titik impas (cash in flows
sama dengan cash out flows), sehingga perlu pembenahan. Jika nilai B/C ratio
lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha/proyek tersebut layak untuk
dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak untuk
dikerjakan.
Rumus B/C ratio adalah sebagai berikut :
B/C ratio =
Total Pendapatan : Total Biaya Operasional
B/C ratio =
Rp. 8.100.000,- : Rp. 3.300.000,-
= 2.45 (Feasible)
Dari perhitungan B/C
ratio dapat diketahui bahwa nilai B/C ratio pada usaha produksi Bbudidaya ikan
cupang tersebut menguntungkan atau feasible (go) untuk dijalankan yaitu pada
angka 2.45 Bila B/C ratio < 1 usaha tidak layak untuk dijalankan, B/C ratio
> 1 usaha tersebut menguntungkan sehingga usaha dapat dilanjutkan.
3.4.2
Break Even Point (BEP)
Perhitungan BEP
digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan dimana pada titik
tersebut proyek tidak untung dan tidak rugi (total revenue = total cost).
Selama proyek/perusahaan masih berada di bawah titik BEP, selama itu juga
perusahaan tersebut masih mengalami kerugian. Untuk menghitung BEP dapat
digunakan rumus dibawah ini :
Break Even Point (produksi) :
BEP (Produksi) =
Total Biaya Operasional : Harga Penjualan
BEP (Produksi) =
Rp. 3.300.000,- : Rp. 3.000,-
= 11.000 ekor /tahun
Jadi usaha pembesaran ikan arwana ini akan mengalami
titik impas (BEP) pada saat menghasilkan ikan cupang sebanyak 11.000 ekor .
3.4.3
Rentabilitas Produksi
Rentabilitas Produksi = Keuntungan : (Biaya investasi +
Biaya Variabel) x 100%
= 4.800.000: 2.800.000
x 100%
= 1.7%
3.4.4
Analisa Pay Back Period (PBP)
Analisa Pay Back Period
adalah waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengembalikan investasi. Suatu
indikator yang dinyatakan dalam ukuran waktu yaitu berapa lama waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang dikeluarkan. Semakin cepat
dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut
karena semakin lancar dalam perputaran modal. Analisa tersebut dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
PBP = Investasi :
(Keuntungan + Penyusutan) x 1 tahun
PBP = 2.800.000,- : (4.800.000,- + Rp. 500.000,-) x
1 tahun
PBP = 0,5 tahun (6 Bulan, 10 hari)
Artinya modal investasi yang digunakan akan kembali
dalam jangka waktu 6 bulan 10 hari.
BAB IV
TEMUAN
4.1
Faktor Penghubung
1.
Sumber air dekat
dengan lokasi usaha.
2.
Tersedianya
sumber daya alam dan sumber daya manusia.
3.
Adanya lahan
yang belum termanfaatkan dan sangat baik bila digunakan untuk usa-ha budidaya,
sehingga bila lahan tersebut diolah dengan baik akan membantu meningkatkan
pendapatan keluarga.
4.
Dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk, maka permintaan ikan juga semakin meningkat.
5.
Mempunyai
organisasi dan kelompok kerja yang aktif dan produktif.
6.
Mempunyai
kemampuan untuk mempro-duksi ikan dengan ukuran yang sesuai dengan permintaan
konsumen.
7.
Mempunyai tenaga
kerja yang cukup berpengalaman dari segi teknis budidaya.
4.2
Faktor Penghambat
1.
Belum adanya
tenaga ahli khususnya di bidang perikanan yang membantu dalam pelaksanaan
usaha.
2.
Pemasaran ikan
yang jauh keluar kota, sehingga mempengaruhi kualitas ikan dan bahkan ikan
mudah stress diperjalanan dan akhirnya banyak yang mati sehingga kesegaran ikan
tidak tahan lama.
3.
Manajemen
pengelolaan masih sederhana.
4.
danya persaingan
dengan komoditi per-ikanan dan pengusaha perikanan lainnya.
5.
Kemungkinan
berdirinya usaha baru dengan teknologi yang lebih baik.
6.
Kurang adanya
kepercayaan dari penyedia dana baik investor maupun bank terhadap usaha
budidaya perikanan karena adanya resiko ketidakpastian yang tinggi, sehingga
petani ikan kesulitan dalam memperoleh dana dalam upaya pengembangan usahanya.
7.
Belum mantapnya
pola perencanaan dan pembinaan tenaga kerja yang dapat memenuhi perkembangan
usaha
4.3
Manfaat
1.
Dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
2.
Dapat memberikan
keuntungan atau pendapatan
3.
Dapat
terpenuhinya produktifitas ikan arwana
4.
Dapat memberikan
pelatiihan serta bertambahnya pengalaman khususnya dalam bidang usaha budidaya
ikan arwana
4.4
Upaya Tindak Lanjut
Upaya tindak lanjut yang akan pelaku usaha budidaya
lakukan yang pertama ialah mencari investor untuk memberika modal selanjutnya
menentukan lokasi budidaya, mempersiapkan sarana dan prasarana serta menjalin
kerja sama atau kemitraan dengan pihak-pihak terkait.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ikan cupang meruapakan salah satu komoditi perikanan
yang pasaran ekspornya cukup menonjol, sehingga selama sekitar 10 tahun
terakhir telah berkembang cukup pesat. Karena besarnya permintaan pasaran
internasional, menyebabkan munculnya inisiatif masyarakat untuk mengembangkan
usaha ikan cupang
Walaupun aspek pemasaran ikan cupang secara
statistik, baik kualitas maupun kuantitasnya yang diperdagangkan di dalam
negeri maupun pasar ekspor, belum dapat diketahui secara rinci, namun
berdasarkan total permintaan global pasaran dunia tampak bahwa sampai saat ini
potential demand masih belum dapat dipenuhi oleh negara-negara produsen
(terutama dari ASEAN). Oleh karena itu, pada saat ini budidaya ikan cupang
mempunyai peluang pasar yang masih terbuka. Namun demikian, untuk mengimplementasikannya
dalam bentuk usaha berskala besar memerlukan kecermatan atas fenomena pasar
ikan cupang, baik sebagai komoditas ekspor maupun pasaran dalam negeri.
5.2 Saran
Dalam usaha
pembudidayan perikanan khususnya budidaya ikan cupang, sebelum melakukan usaha
tersebut harus terlebih dahulu memperhatikan lingkungan sekitar dan perencanaan
yang matang
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
STRUKTUR
ORGANISASI
2.
PETA LOKASI BUDIDAYA
3.
LAYOUT KOLAM INDUK, AQUARIUM PEMIJAHAN BENIH, BOTOL
PEMBESARAN IKAN CUPANG
4.
RIWAYAT HIDUP
No comments:
Post a Comment