NG Networking

Wednesday, October 30, 2013

TOKOH KARYA SASTRA



PRAMUDYA ANANTA TOER

images.jpgPramudya Ananta Toer dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925. Novelis Indonesia paling produktif dan terkemuka yang pernah meredakturi ruang kebudayaan “Lentera” Harian Rakyat (1962-65) dan dosen di Universitas Res Publica Jakarta ini, setelah peristiwa G30S/PKI ditahan di Jakarta dan Pulau Burung sebelum akhirnya dibebaskan pada 1979.

Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, antara lain: Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, Jepang. Novel-novelnya yang telah diterbitkan diantaranya :
·           Kranji-Bekasi Jatuh (1947),
·           Perburuan (1950; Keluarga Gerilya (1950),
·           Mereka yang Dilumpuhkan (1951),
·           Bukan Pasar Malam (1951),
·           Di Tepi Kali Bekasi (1951),
·           Gulat di Jakarta (1953),
·           Maidah, Si Manis Bergigi Emas (1954),
·           Korupsi (1954),
·           Suatu Peristiwa di Banten Selatan (1958)
·           Bumi Manusia (1980),
·           Anak Semua Bangsa (1980),
·           Jejak Langkah (1985),
·           Gadis Pantai (1985),
·           Rumah Kaca (1987),
·           Arus Balik (1995),
·           Arok Dedes (1999).

Selain menulis Novel beliua juga menulis Cerita-cerita pendek diantaranya :
·           Subuh (1950),
·           Percikan Revolusi (1950),
·           Cerita dari Blora (1952; ,
·           Cerita dari Jakarta (1957; , dan ditolak oleh penulisnya).

Sedangkan karya-karya terjemahannya antara lain:
·           Tikus dan Manusia (1950; John Steinbeck),
·           Kembali kepada Cinta Kasihmu (1950; Leo Tolstoy),
·           Perjalanan Ziarah yang Aneh (1956; Leo Tolstoy),
·           Kisah Seorang Prajurit Soviet (1956; Mikhail Solokhov),
·           Ibu (1956; Maxim Gorky),
·           Asmara dari Rusia (1959; Alexander Kuprin),
·           Manusia Sejati (1959; Boris Pasternak).

Selain menulis novel, cerita pendek dan terjemahan, ia juga menulis memoar, esai, dan biografi.
Adapun penghargaan yang telah Ia dapatkan diantaranya:
·           Pemenang Hadiah Pertama Sayembara Balai Pustaka 1949
·           Menerima Hadiah Sastra Yayasan Yamin 1964
·           Memperoleh Hadiah Sastra Nasional Bmkn 1952
·           Meraih Hadiah Sastra Nasional Bmkn 1957-1958

SUBAGIO SASTROWARDOYO

Subagio Sastrowardoyo dilahirkan di Madiun, Jawa Timur, 1 Februari 1924, dan meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995. Peraih M.A. dari Departement of Comparative Literature, Yale University, Amerika Serikat ini pernah mengajar di beberapa sekolah menengah di Yogyakarta, Fakultas Sastra UGM, SESKOAD Bandung, Salisbury Teachers College, dan Flinders University, Australia.
Cerpennya, “Kejantanan di Sumbing” dan puisinya, “Dan Kematian Makin Akrab”, masing-masing meraih penghargaan majalah Kisah dan Horison. Kumpulan puisinya, Daerah Perbatasan membawanya menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1971), sementara Sastra Hindia Belanda dan Kita mendapat Hadiah Sastra dari Dewan Kesenian Jakarta, dan bukunya yang lain, Simfoni Dua, mengantarkannya ke Kerajaan Thailand, menerima Anugerah SEA Write Award.

Karya-karyanya yang berupa puisi, esai, dan kritik, diterbitkan dalam:

·           Simphoni (1957),
·           Kejantanan di Sumbing (1965),
·           Daerah Perbatasan (1970),
·           Bakat Alam dan Intelektualisme (1972),
·           Keroncong Motinggo (1975),
·           Buku Harian (1979),
·      Sosok Pribadi dalam Sajak (1980),
·      Hari dan Hara (1979),
·      Sastra Hindia Belanda dan Kita (1983),
·      Pengarang Modern sebagai Manusia Perbatasan (1992),
·      Dan Kematian Makin Akrab (1995).

SAINI K.M.

cfa8aa4c124c1578430229e124336284.jpg                                                                        Saini  K. M.   dilahirkan   di  Sumedang,
                                                            Jawa Barat, 16 Juni 1938. Penyair yang bertahun-tahun                                        mengasuh   rubrik “Pertemuan Kecil” di Pikiran
                                                Rakyat  Bandung  ini  terakhir menjabat Direktu
                                                Jenderal Kesenian Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI. Sejumlah penyair yang lahir dan  dari kelembutan dan ketajaman kritiknya di “Pertemuan Kecil” antara lain: Sanento
Yuliman, Acep Zamzam Noor, Agus R. Sarjono, Soni Farid Maulana, Beni Setia, Cecep Syamsul Hari.
                    Karya-karyanya meliputi puisi, karya sastra drama, dan esai, di antaranya:
·         Pangeran Sunten Jaya (1973),
·         Ben Go Tun (1977),
·         Egon (1978),
·         Serikat Kaca Mata Hitam (1979),
·         Sang Prabu (1981),
·         Kerajaan Burung (1980; pemenang Sayembara Direktorat Kesenian Depdikbud),
·         Sebuah Rumah di Argentina (1980),
·         Pangeran Geusan Ulun (1963),
·         Nyanyian Tanah Air (1968),
·         Puragabaya (1976),
·         Siapa Bilang Saya Godot (1977),
·         Restoran Anjing (1979),
·         Rumah Cermin (1979),
·         Beberapa Gagasan Teater (1981),
·         Panji Koming (1984),
·         Beberapa Dramawan dan Karyanya (1985),
·         Ken Arok (1985),
·         Apresiasi Kesusastraan (1986; bersama Jakob Sumardjo [ed.]),
·         Protes Sosial dalam Sastra (1986),
·         Teater Modern Indonesia dan Beberapa Masalahnya (1987),
·         Sepuluh Orang Utusan (1989),
·         Puisi dan Beberapa Masalahnya (1993; Agus R. Sarjono [ed.]).
·         Buku terakhirnya yang merupakan seleksi dari seluruh kumpulan puisinya yang sudah maupun yang belum dipublikasikan adalah Nyanyian Tanah Air (2000).















NUR SUTAN ISKANDAR

unduhan.jpgNur Sutan Iskandar dilahirkan di Maninjau, Sumatera Barat, 3 November 1893, dan meninggal di Jakarta, 28 November 1975.
Menulis novel Apa Dayaku karena Aku Perempuan (1922), Karam dalam Gelombang Percintaan (1924; ditulis bersama Abd. Ager). Cinta yang Membawa Maut (1926; ditulis bersama Abd. Ager), Salah Pilih (1928), Karena Mentua (1932), Tuba Dibalas dengan Air Susu (1933; ditulis bersama Asmaradewi);
Hulubalang Raja (1934), Katak Hendak Menjadi Lembu (1935), Dewi Rimba (1935; ditulis bersama M. Dahlan), Neraka Dunia (1937), Cinta dan Kewajiban (1940; ditulis bersama L. Wairata), Cinta Tanah Air (1944), Mutiara (1946), Cobaan (1946), Jangir Bali (1946), Pengalaman Masa Kecil (1949), dan Turun ke Desa (1949).
Ia pun menerjemahkan sejumlah karya sastra dunia, yaitu: Tiga Panglima Perang (1925; Alexander Dumas), Belut Kena Ranjau (1925; Baronese Orczy), Anjing Setan (1928; A. Conan Doyle), Graaf de Monte Cristo (1929; 6 jilid, Alexander Dumas), Anak Perawan di Jalan Sunyi dan Rahasia Seorang Gadis (1929; A. Conan Doyle, diterjemahkan bersama K. St. Pamoentjak), Gudang Intan Nabi Sulaiman (1929; H. Rider Haggard), Memperebutkan Pusaka Lama (1932; Edward Keyzer), Iman dan Pengasihan (1933; Henryk Sienkiewicz), dan Cinta dan Mata (tt; Rabindranath Tagore).




ROESTAM EFFENDI

roestam_effendi.jpgRoestam Effendi lahir pada tanggal 13 Mei 1903 di Padang, Sumatra Barat dan meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1979. Keberadaannya dalam khasanah sastra Indonesia, sebenarnya, cukup penting. Ia tidak hanya dianggap sebagai pembaharu penulisan sajak (dan drama) pada tahun 1920-an (lihat misalnya Teeuw, 1995 dan Junus, 1981), tetapi juga dikenal sebagai salah seorang yang gigih memperjuangkan nasib bangsanya.
“Rustam Effendi, mungkin oleh sempitnya bergerak di Indonesia kemudian pergi ke negeri Belanda dan bergerak di lapangan parlementer di sana memperjuangkan nasib bangsanya,” demikian tulis Jassin (1954). Namun sayang, latar belakang keluarga Rustam Effendi tidak banyak dibicarakan orang.
Menurut Zuber Usman (1956), Rustam Effendi adalah tamatan Sekolah Raja (Kweekschool) Bukittinggi. Rustam kemudian melanjutkan sekolahnya di Hogere Kweekschool voor Inlandse Onderwijzers (HKS) ‘Sekolah Guru Tinggi untuk Guru Bumiputra’ Bandung. Pada tahun 1926. ia meninggalkan Indonesia, pergi ke negeri Belanda. Konon, ia pergi ke negeri Belanda untuk melanjutkan pendidikannya. Selama di negeri Belanda Rustam Effendi berhasil menempuh Hoofdakte. Ia juga menggabungkan dirinya dalam Communistische Party Nederland, ‘Partai Komunis Belanda’.
Pada masa awal kepengarangannya, dalam menulis Rustam Effendi sering menggunakan nama samaran Rahasia Emas. Rantai Emas. dan Rangkayo Elok. Nama-nama samaran itulah yang digunakan Rustam dalam sajak-sajaknya yang dimuat oleh sebuah majalah di Padang berjudul Asjraq. Konon, sajak-sajak yang diinuat Asjraq itulah yang menjadi cikal-bakal Percikan Permenungan.
Berbeda dengan proses lahirnya Percikan Permenungan, konon Babasari lahir atas dorongan murid-murid sekolah MULO di Padang yang saat itu akan mengadakan pesta sekolah dengan pementasan drama sebagai salah satu acaranya. Karena belum ada naskah drama, lahirlah Bebasari meskipun tidak jadi dipentaskan (karena dilarang).

Karya Rustam Effendi :
Barangkali benar kata Ajip (1969) bahwa Rustam tak percaya lagi pada kekuatan kata-kata belaka. Sejak ia terjun ke dunia politik, Rustam memang tidak berkarya lagi. Selama masa kepengarangannya, ia hanya melahirkan dua buah buku yakni
·         Drama
Bebasari (tiga babak), Jakarta: Fasco. 1953.
·         Puisi
Percikan Permenungan (kumpulan), Jakarta: Fasco. 1953.















RAMADHAN KH
sthash.V3kAVims.dpuf


unduhan (1).jpg
 


Nama                           : Ramadhan KH
Nama Lengkap            : Ramadhan Kartahadimadja
Nama Panggilan          : Kang Atun
Lahir                            : Bandung, 16 Maret 1927
Wafat                          : Cape Town, Afrika
  Selatan 16 Maret 2006
Agama                         : Islam
 Isteri                           :   - Pruistin Atmadjasaputra (menikah 1958 dan wafat 1990)
    - Salfrida Nasution Ramadhan (menikah 1993)
Anak                           : - Gumilang Ramadhan - Gilang Ramadhan
Ayah                           : Raden Edjeh Kartahadimadja
Ibu                               : Sadiah
Profesi                         : Wartawan dan Penulis Biografi
Pendidikan                  : - ITB Bandung - Kuliah Jurnalistik, Belanda, 1952-1953 Karir: - Wartawan Kantor Berita Antara - Redaktur Majalah Kisah Redaktur Mingguan Siasat Redaktur Mingguan Siasat Baru - Anggota Akademi Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta sampai 2003
Karya                          : Telah menulis lebih 30 buku, di antaranya:
·         Kuantar ke Gerbang, Kisah Cinta Ibu Inggit Garnasih dengan Bung Karno (1981)
·         Biografi AE Kawilarang Biografi Soemitro Biografi Ali Sadikin
·         Biografi Hoegeng
·         Biografi Mochtar Lubis
·         Biografi DI Panjaitan
·         Autobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya - Priangan Si Djelita (1956)
·         Ladang Perminus  
·         Royan Revolusi, Novel, 1958
·         Antologie Bilingue de la Poesie Indonesienne Contemoraine, Novel, 1972  
·         Kemelut Hidup, Novel, 1976,
·         Keluarga Permana, Novel, 1978 - Untuk Sang Merah Putih, Novel, 1988

Penghargaan                : SEA Write Award, 1993















BIOGRAFI ARMIJN PANE


Armijn_p.jpg
 
Armijn Pane dilahirkan di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 18 Agustus 1908 dan meninggal di Jakarta, 16 Februari 1970. Antara 1933-55 pernah menjadi redaktur majalah Pujangga Baru, Balai Pustaka, dan majalah Indonesia. Novelnya, Belenggu (1940), hingga saat ini dipandang sebagai peretas penulisan novel Indonesia modern.
Karya-karyanya yang lain:
·         Jiwa Berjiwa (1939),
·         Kort overzicht van de Moderne Indonesische Literatuur (1949),
·         Kisah Antara Manusia (1953),
·         Jinak-jinak Merpati (1953),
·         Gamelan Jiwa (1960),
·         Tiongkok Zaman Baru, Sejarahnya: Abad ke-19 Sekarang (1953).

Ia pun menerjemahkan dan menyadur novel dan drama, yaitu:
·      Membangun Hari Kedua (1956; Ilya Ehtenburg)
·      dan Ratna (1943; Hendrik Ibsen).







BIOGRAFI IDRUS
Idrus dilahirkan di Padang, Sumatera Barat, 21 September 1921, dan meninggal di kota yang sama, 18 Mei 1979. Tahun 1965–79, mengajar di Universitas Monash, Australia. Penutur fasih yang pernah menjadi redaktur majalah Kisah dan Indonesia ini dikenal sebagai pelopor penulisan prosa dalam kesusastraan Indonesia modern.

Karya-karya drama, cerita pendek, novel dan terjemahannya adalah:
·           Dokter Bisma (1945);
·           Kejahatan Membalas Dendam (1945),
·           Jibaku Aceh (1945),
·           Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (1948),
·           Keluarga Surono (1948),
·           Aki (1949),
·           Perempuan dan Kebangsaan (1949),
·           Dua Episode Masa Kecil (1952),
·           Dengan Mata Terbuka (1961),
·           Hati Nurani Manusia (1963),
·           Hikayat Puteri Penelope (1973),
·           Kereta Api Baja (1948; Vsevold Ivanov),
·           Acoka (1948; G. Gonggrijp),
·           Keju (1948; Willem Elschot),
·           Perkenalan (1949; Anton Chekov, Luigi Pirandello, Guy de Maupassant, dan Jeroslav Hasek).
W.S. RENDRA

0711100957_ws-rendra-bw.jpgW.S. Rendra dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 7  November 1935. Sepulang memperdalam pengetahuan drama di American Academy of Dramatical Arts, ia mendirikan Bengkel Teater.

Sajak-sajaknya mulai dikenal luas sejak tahun 1950-an. Antara April-Oktober 1978
ditahan Pemerintah Orde Baru karena pembacaan sajak-sajak protes sosialnya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Kumpulan puisinya:
·         Balada Orang Tercinta (1956; meraih Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-56),
·         Empat Kumpulan Sajak (1961),
·         Blues untuk Bonnie (1971),
·         Sajak-sajak Sepatu Tua (1972),
·         Potret Pembangunan dalam Puisi (1983),
·         Disebabkan oleh Angin (1993),
·         Orang-orang Rangkasbitung (1993),
·         Perjalanan Bu Aminah (1997),
·         Mencari Bapak (1997).
Buku-buku puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu:
·         Indonesian Poet in New York (1971; diterjemahkan Harry Aveling, et.al.),
·         Rendra: Ballads and Blues (1974; Harry Aveling, et.al.),
·         Contemporary Indonesian Poetry (1975; diterjemahkan Harry Aveling).
Ia pun menerjemahkan karya-karya drama klasik dunia, yaitu:
·         Oidipus Sang Raja (1976),
·         Oidipus di Kolonus (1976),
·         Antigone (1976),

Ketiganya karya Sophocles, Informan (1968; Bertolt Brecht), SLA (1970; Arnold Pearl). Pada 1970, Pemerintah RI memberinya Anugerah Seni, dan lima tahun setelah itu, ia memperoleh penghargaan dari Akademi Jakarta.























KLIPING
 


"TOKOH KARYA SASTRA"TENTANG










                    Disusun Oleh :
Nama               : JUMAENAH
                    Kelas               : X D
                    Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


SMAN 9 PANDEGLANG
 


TAHUN AJARAN
2013/2014