PRAMUDYA ANANTA TOER
Pramudya
Ananta Toer dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925. Novelis
Indonesia paling produktif dan terkemuka yang pernah meredakturi ruang
kebudayaan “Lentera” Harian Rakyat (1962-65) dan dosen di Universitas Res
Publica Jakarta ini, setelah peristiwa G30S/PKI ditahan di Jakarta dan Pulau
Burung sebelum akhirnya dibebaskan pada 1979.
Karya-karyanya telah diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa, antara lain: Inggris, Perancis, Jerman, Rusia,
Jepang. Novel-novelnya yang telah diterbitkan diantaranya :
·
Kranji-Bekasi Jatuh (1947),
·
Perburuan (1950; Keluarga Gerilya (1950),
·
Mereka yang Dilumpuhkan (1951),
·
Bukan Pasar Malam (1951),
·
Di Tepi Kali Bekasi (1951),
·
Gulat di Jakarta (1953),
·
Maidah, Si Manis Bergigi Emas (1954),
·
Korupsi (1954),
·
Suatu Peristiwa di Banten Selatan (1958)
·
Bumi Manusia (1980),
·
Anak Semua Bangsa (1980),
·
Jejak Langkah (1985),
·
Gadis Pantai (1985),
·
Rumah Kaca (1987),
·
Arus Balik (1995),
·
Arok Dedes (1999).
Selain menulis Novel beliua juga
menulis Cerita-cerita pendek diantaranya :
·
Subuh (1950),
·
Percikan Revolusi (1950),
·
Cerita dari Blora (1952; ,
·
Cerita dari Jakarta (1957; , dan ditolak oleh
penulisnya).
Sedangkan karya-karya
terjemahannya antara lain:
·
Tikus dan Manusia (1950; John Steinbeck),
·
Kembali kepada Cinta Kasihmu (1950; Leo Tolstoy),
·
Perjalanan Ziarah yang Aneh (1956; Leo Tolstoy),
·
Kisah Seorang Prajurit Soviet (1956; Mikhail
Solokhov),
·
Ibu (1956; Maxim Gorky),
·
Asmara dari Rusia (1959; Alexander Kuprin),
·
Manusia Sejati (1959; Boris Pasternak).
Selain menulis novel, cerita
pendek dan terjemahan, ia juga menulis memoar, esai, dan biografi.
Adapun penghargaan yang telah Ia dapatkan
diantaranya:
·
Pemenang Hadiah Pertama Sayembara Balai Pustaka 1949
·
Menerima Hadiah Sastra Yayasan Yamin 1964
·
Memperoleh Hadiah Sastra Nasional Bmkn 1952
·
Meraih Hadiah Sastra Nasional Bmkn 1957-1958
SUBAGIO SASTROWARDOYO
Subagio Sastrowardoyo dilahirkan di Madiun, Jawa Timur, 1 Februari 1924,
dan meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995. Peraih M.A. dari Departement of
Comparative Literature, Yale University, Amerika Serikat ini pernah mengajar di
beberapa sekolah menengah di Yogyakarta, Fakultas Sastra UGM, SESKOAD Bandung,
Salisbury Teachers College, dan Flinders University, Australia.
Cerpennya, “Kejantanan di Sumbing”
dan puisinya, “Dan Kematian Makin Akrab”, masing-masing meraih penghargaan
majalah Kisah dan Horison. Kumpulan puisinya, Daerah Perbatasan membawanya
menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1971), sementara Sastra Hindia
Belanda dan Kita mendapat Hadiah Sastra dari Dewan Kesenian Jakarta, dan
bukunya yang lain, Simfoni Dua, mengantarkannya ke Kerajaan Thailand, menerima
Anugerah SEA Write Award.
Karya-karyanya yang berupa puisi,
esai, dan kritik, diterbitkan dalam:
·
Simphoni (1957),
·
Kejantanan di Sumbing (1965),
·
Daerah Perbatasan (1970),
·
Bakat Alam dan Intelektualisme (1972),
·
Keroncong Motinggo (1975),
·
Buku Harian (1979),
·
Sosok Pribadi dalam Sajak (1980),
·
Hari dan Hara (1979),
·
Sastra Hindia Belanda dan Kita (1983),
·
Pengarang Modern sebagai Manusia Perbatasan (1992),
·
Dan Kematian Makin Akrab (1995).
SAINI K.M.
Saini K. M. dilahirkan
di Sumedang,
Jawa
Barat, 16 Juni 1938. Penyair yang bertahun-tahun mengasuh rubrik “Pertemuan Kecil” di Pikiran
Rakyat Bandung
ini terakhir menjabat Direktu
Jenderal
Kesenian Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI. Sejumlah penyair yang lahir dan dari kelembutan dan ketajaman kritiknya di
“Pertemuan Kecil” antara lain: Sanento
Yuliman, Acep Zamzam
Noor, Agus R. Sarjono, Soni Farid Maulana, Beni Setia, Cecep Syamsul Hari.
Karya-karyanya meliputi puisi, karya sastra
drama, dan esai, di antaranya:
·
Pangeran Sunten Jaya (1973),
·
Ben Go Tun (1977),
·
Egon (1978),
·
Serikat Kaca Mata Hitam (1979),
·
Sang Prabu (1981),
·
Kerajaan Burung (1980; pemenang
Sayembara Direktorat Kesenian Depdikbud),
·
Sebuah Rumah di Argentina (1980),
·
Pangeran Geusan Ulun (1963),
·
Nyanyian Tanah Air (1968),
·
Puragabaya (1976),
·
Siapa Bilang Saya Godot (1977),
·
Restoran Anjing (1979),
·
Rumah Cermin (1979),
·
Beberapa Gagasan Teater (1981),
·
Panji Koming (1984),
·
Beberapa Dramawan dan Karyanya (1985),
·
Ken Arok (1985),
·
Apresiasi Kesusastraan (1986; bersama
Jakob Sumardjo [ed.]),
·
Protes Sosial dalam Sastra (1986),
·
Teater Modern Indonesia dan Beberapa
Masalahnya (1987),
·
Sepuluh Orang Utusan (1989),
·
Puisi dan Beberapa Masalahnya (1993;
Agus R. Sarjono [ed.]).
·
Buku terakhirnya yang merupakan seleksi
dari seluruh kumpulan puisinya yang sudah maupun yang belum dipublikasikan
adalah Nyanyian Tanah Air (2000).
NUR SUTAN
ISKANDAR
Nur Sutan Iskandar dilahirkan
di Maninjau, Sumatera Barat, 3 November 1893, dan meninggal di Jakarta, 28
November 1975.
Menulis novel Apa Dayaku karena Aku Perempuan (1922), Karam dalam
Gelombang Percintaan (1924; ditulis bersama Abd. Ager). Cinta yang Membawa Maut
(1926; ditulis bersama Abd. Ager), Salah Pilih (1928), Karena Mentua (1932),
Tuba Dibalas dengan Air Susu (1933; ditulis bersama Asmaradewi);
Hulubalang Raja (1934), Katak
Hendak Menjadi Lembu (1935), Dewi Rimba (1935; ditulis bersama M. Dahlan),
Neraka Dunia (1937), Cinta dan Kewajiban (1940; ditulis bersama L. Wairata),
Cinta Tanah Air (1944), Mutiara (1946), Cobaan (1946), Jangir Bali (1946),
Pengalaman Masa Kecil (1949), dan Turun ke Desa (1949).
Ia pun menerjemahkan sejumlah
karya sastra dunia, yaitu: Tiga Panglima Perang (1925; Alexander Dumas), Belut
Kena Ranjau (1925; Baronese Orczy), Anjing Setan (1928; A. Conan Doyle), Graaf
de Monte Cristo (1929; 6 jilid, Alexander Dumas), Anak Perawan di Jalan Sunyi
dan Rahasia Seorang Gadis (1929; A. Conan Doyle, diterjemahkan bersama K. St.
Pamoentjak), Gudang Intan Nabi Sulaiman (1929; H. Rider Haggard), Memperebutkan
Pusaka Lama (1932; Edward Keyzer), Iman dan Pengasihan (1933; Henryk
Sienkiewicz), dan Cinta dan Mata (tt; Rabindranath Tagore).
ROESTAM EFFENDI
Roestam
Effendi lahir pada tanggal 13 Mei 1903 di Padang, Sumatra Barat dan meninggal
dunia di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1979. Keberadaannya dalam khasanah sastra
Indonesia, sebenarnya, cukup penting. Ia tidak hanya dianggap sebagai pembaharu
penulisan sajak (dan drama) pada tahun 1920-an (lihat misalnya Teeuw, 1995 dan
Junus, 1981), tetapi juga dikenal sebagai salah seorang yang gigih
memperjuangkan nasib bangsanya.
“Rustam Effendi, mungkin oleh
sempitnya bergerak di Indonesia kemudian pergi ke negeri Belanda dan bergerak
di lapangan parlementer di sana memperjuangkan nasib bangsanya,” demikian tulis
Jassin (1954). Namun sayang, latar belakang keluarga Rustam Effendi tidak banyak
dibicarakan orang.
Menurut Zuber Usman
(1956), Rustam Effendi adalah tamatan Sekolah Raja (Kweekschool) Bukittinggi.
Rustam kemudian melanjutkan sekolahnya di Hogere Kweekschool voor Inlandse
Onderwijzers (HKS) ‘Sekolah Guru Tinggi untuk Guru Bumiputra’ Bandung. Pada tahun 1926. ia meninggalkan Indonesia,
pergi ke negeri Belanda. Konon, ia pergi ke negeri Belanda untuk melanjutkan
pendidikannya. Selama di negeri Belanda Rustam Effendi berhasil menempuh
Hoofdakte. Ia juga menggabungkan dirinya dalam Communistische Party Nederland,
‘Partai Komunis Belanda’.
Pada masa awal
kepengarangannya, dalam menulis Rustam Effendi sering menggunakan nama samaran
Rahasia Emas. Rantai Emas. dan Rangkayo Elok. Nama-nama samaran itulah yang
digunakan Rustam dalam sajak-sajaknya yang dimuat oleh sebuah majalah di Padang
berjudul Asjraq. Konon, sajak-sajak yang diinuat Asjraq itulah yang menjadi
cikal-bakal Percikan Permenungan.
Berbeda dengan
proses lahirnya Percikan Permenungan, konon Babasari lahir atas dorongan
murid-murid sekolah MULO di Padang yang saat itu akan mengadakan pesta sekolah
dengan pementasan drama sebagai salah satu acaranya. Karena belum ada naskah
drama, lahirlah Bebasari meskipun tidak jadi dipentaskan (karena dilarang).
Karya Rustam Effendi :
Barangkali benar
kata Ajip (1969) bahwa Rustam tak percaya lagi pada kekuatan kata-kata belaka.
Sejak ia terjun ke dunia politik, Rustam memang tidak berkarya lagi. Selama
masa kepengarangannya, ia hanya melahirkan dua buah buku yakni
·
Drama
Bebasari (tiga babak), Jakarta: Fasco. 1953.
·
Puisi
Percikan Permenungan (kumpulan), Jakarta: Fasco. 1953.
RAMADHAN KH
sthash.V3kAVims.dpuf
Nama : Ramadhan KH
Nama
Lengkap : Ramadhan
Kartahadimadja
Nama
Panggilan : Kang Atun
Lahir : Bandung, 16 Maret
1927
Wafat :
Cape Town, Afrika
Selatan 16
Maret 2006
Agama :
Islam
Isteri : - Pruistin Atmadjasaputra (menikah 1958 dan
wafat 1990)
- Salfrida Nasution Ramadhan (menikah 1993)
Anak :
- Gumilang Ramadhan - Gilang Ramadhan
Ayah :
Raden Edjeh Kartahadimadja
Ibu :
Sadiah
Profesi :
Wartawan dan Penulis Biografi
Pendidikan :
- ITB Bandung - Kuliah Jurnalistik, Belanda, 1952-1953 Karir: - Wartawan Kantor
Berita Antara - Redaktur Majalah Kisah Redaktur Mingguan Siasat Redaktur
Mingguan Siasat Baru - Anggota Akademi Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta sampai
2003
Karya :
Telah menulis lebih 30 buku, di antaranya:
·
Kuantar ke Gerbang, Kisah Cinta Ibu
Inggit Garnasih dengan Bung Karno (1981)
·
Biografi AE Kawilarang Biografi Soemitro
Biografi Ali Sadikin
·
Biografi Hoegeng
·
Biografi Mochtar Lubis
·
Biografi DI Panjaitan
·
Autobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan,
dan Tindakan Saya - Priangan Si Djelita (1956)
·
Ladang Perminus
·
Royan Revolusi, Novel, 1958
·
Antologie Bilingue de la Poesie Indonesienne
Contemoraine, Novel, 1972
·
Kemelut Hidup, Novel, 1976,
·
Keluarga Permana, Novel, 1978 - Untuk
Sang Merah Putih, Novel, 1988
Penghargaan : SEA Write Award, 1993
BIOGRAFI ARMIJN PANE
Armijn Pane dilahirkan di Muara Sipongi,
Sumatera Utara, 18 Agustus 1908 dan meninggal di Jakarta, 16 Februari 1970.
Antara 1933-55 pernah menjadi redaktur majalah Pujangga Baru, Balai Pustaka,
dan majalah Indonesia. Novelnya, Belenggu (1940), hingga saat ini dipandang
sebagai peretas penulisan novel Indonesia modern.
Karya-karyanya yang lain:
·
Jiwa Berjiwa (1939),
·
Kort overzicht van de Moderne
Indonesische Literatuur (1949),
·
Kisah Antara Manusia (1953),
·
Jinak-jinak Merpati (1953),
·
Gamelan Jiwa (1960),
·
Tiongkok Zaman Baru,
Sejarahnya: Abad ke-19 Sekarang (1953).
Ia pun menerjemahkan dan menyadur novel dan drama, yaitu:
· Membangun Hari Kedua (1956; Ilya Ehtenburg)
· dan Ratna (1943; Hendrik Ibsen).
BIOGRAFI
IDRUS
Idrus dilahirkan di Padang,
Sumatera Barat, 21 September 1921, dan meninggal di kota yang sama, 18 Mei
1979. Tahun 1965–79, mengajar di Universitas Monash, Australia. Penutur fasih
yang pernah menjadi redaktur majalah Kisah dan Indonesia ini dikenal sebagai
pelopor penulisan prosa dalam kesusastraan Indonesia modern.
Karya-karya drama, cerita
pendek, novel dan terjemahannya adalah:
·
Dokter
Bisma (1945);
·
Kejahatan
Membalas Dendam (1945),
·
Jibaku
Aceh (1945),
·
Dari
Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (1948),
·
Keluarga
Surono (1948),
·
Aki
(1949),
·
Perempuan
dan Kebangsaan (1949),
·
Dua
Episode Masa Kecil (1952),
·
Dengan
Mata Terbuka (1961),
·
Hati
Nurani Manusia (1963),
·
Hikayat
Puteri Penelope (1973),
·
Kereta
Api Baja (1948; Vsevold Ivanov),
·
Acoka
(1948; G. Gonggrijp),
·
Keju
(1948; Willem Elschot),
·
Perkenalan
(1949; Anton Chekov, Luigi Pirandello, Guy de Maupassant, dan Jeroslav Hasek).
W.S. RENDRA
W.S. Rendra dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935. Sepulang memperdalam pengetahuan
drama di American Academy of Dramatical Arts, ia mendirikan Bengkel Teater.
Sajak-sajaknya mulai dikenal luas sejak tahun
1950-an. Antara April-Oktober 1978
ditahan Pemerintah Orde Baru karena pembacaan
sajak-sajak protes sosialnya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Kumpulan puisinya:
·
Balada Orang Tercinta (1956;
meraih Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-56),
·
Empat Kumpulan Sajak (1961),
·
Blues untuk Bonnie (1971),
·
Sajak-sajak Sepatu Tua (1972),
·
Potret Pembangunan dalam Puisi
(1983),
·
Disebabkan oleh Angin (1993),
·
Orang-orang Rangkasbitung
(1993),
·
Perjalanan Bu Aminah (1997),
·
Mencari Bapak (1997).
Buku-buku puisinya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu:
·
Indonesian Poet in New York
(1971; diterjemahkan Harry Aveling, et.al.),
·
Rendra: Ballads and Blues
(1974; Harry Aveling, et.al.),
·
Contemporary Indonesian Poetry
(1975; diterjemahkan Harry Aveling).
Ia pun menerjemahkan
karya-karya drama klasik dunia, yaitu:
·
Oidipus Sang Raja (1976),
·
Oidipus di Kolonus (1976),
·
Antigone (1976),
Ketiganya karya Sophocles,
Informan (1968; Bertolt Brecht), SLA (1970; Arnold Pearl). Pada 1970,
Pemerintah RI memberinya Anugerah Seni, dan lima tahun setelah itu, ia
memperoleh penghargaan dari Akademi Jakarta.
TENTANG
Disusun
Oleh :
Nama : JUMAENAH
Kelas : X D
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
TAHUN
AJARAN
2013/2014
Casino de Monte-Carlo Casino & Spa - Mapyro
ReplyDeleteCasino de Monte-Carlo 광주 출장마사지 Casino & Spa. 포천 출장안마 Mapyro has an elevation rating of 강릉 출장안마 3.7 m from 경산 출장샵 the geographical center. 경산 출장안마 The casino features 8,845 rooms,